TEMPO.CO, Yogyakarta - Guru Besar Fakultas Ilmu Sosial dan Politik (Fisipol) Universitas Gadjah Mada atau UGM Yogyakarta, Wahyudi Kumorotomo membacakan puisi yang ia ciptakan untuk Presiden Joko Widodo atau Jokowi yang mendukung revisi Undang-Undang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi yang berpotensi melemahkan KPK.
Seratus dosen dan mahasiswa Universitas Gadjah Mada Yogyakarta (UGM) menggelar aksi menolak pelemahan KPK gedung rektorat kampus tersebut, Ahad, 15 September 2019. Mereka menyampaikan kekecewaannya terhadap Presiden Joko Widodo.
Aksi itu melibatkan Ketua Dewan Guru Besar UGM, Koentjoro Guru Besar Fisipol, Wahyudi Kumorotomo, dan Dekan Fakultas Hukum Sigit Riyanto, dan ahli Hukum Tata Negara dari Zainal Arifin Mochtar. Sebagian dosen dan mahasiswa dari berbagai fakultas tersebut mengenakan baju berwarna hitam, sebagai simbol berduka terhadap pelemahan kewenangan komisi anti-rasuah. Semula Rektor UGM, Panut Mulyono menyatakan bersedia datang saat aksi. Tapi, menjelang berlangsungnya aksi itu, rektor batal datang dengan alasan ada acara keluarga.
Dekan Fakultas Hukum, Sigit Riyanto menyebutkan aksi tersebut bentuk dukungan upaya pemberantasan korupsi dan UGM menolak pelemahan KPK. Mendorong Presiden Jokowi untuk mengambil sikap yang elegan dan arif untuk mengatasi karut marut pelemahan KPK.”Presiden bisa saja menghentikan pembahasan revisi UU Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi untuk membantu KPK,” kata dia.
Jokowi, kata dia semestinya mengevaluasi keputusannya yang menandatangani surat presiden tentang revisi UU KPK yang dikirim ke DPR. UGM, kata dia menolak pelemahan KPK dan mendukung gerakan anti-korupsi.
Aksi tersebut digelar secara internal di kalangan civitas akademika UGM. Mereka yang terlibat sebagian berasal dari Fakultas Hukum, Kedokteran, Fisipol, Ekonomika dan Bisnis, serta Teknik. Poster bertuliskan koruptor maunya KPK bubar, RUU KPK lemahkan KPK, KPK tak ada koruptor pesta, dan KPK lemah yang senang koruptor mereka bentangkan.
Wahyudi Kumorotomo menyentil Presiden Jokowi dengan membacakan puisi berjudul Mas Joko, Kami Mengandalkanmu. Puisi itu bicara tentang Jokowi sebagai alumni kampus tersebut, yang diharapkan tegas melawan pelemahan KPK. Jokowi merupakan alumni Fakultas Kehutanan UGM angkatan 1980.
Puisi itu berbunyi:
Hari-hari ini, kami di Bulaksumur bersedih
Hari-hari ini, kami di bawah cemara tujuh berduka
Kami adalah adik-adik kelasmu
Kami adalah teman-teman kuliahmu
Kami adalah saudara-saudaramu
Kami adalah rakyat Nusantara di bawah panji Gadjah Mada
Kami baru saja memilihmu sebagai pengayom rakyat di Nusantrara
Kami baru saja mengangkatmu menjadi manusia setengah dewa
Mengapa begitu cepat engkau meninggalkan kami?
Mengapa begitu cepat engkau berkawan dengan para raksasa politik?
Mengapa begitu cepat engkau menyerah di cengkeraman buaya?
Ingatkah ketika kita sama-sama menikmati nasi-kucing
Menikmati gudeg
Menikmati mie dingin
Di lembah Bulaksumur
Di selokan Mataram
Di atas puncak Merbabu
Ketika itu engkau bicara tentang hutan-hutan kita yang mengering
Tentang ketidakadilan
Tentang rakyat yang makan nasi-aking
Tentang keinginan mengubah nasib bangsa
Kami minta engkau lindungi punggawa anti-rasuah kami
Kami minta engkau lindungi rakyat Nusantara
Kami minta engkau dengarkan nuranimu
Dengarkanlah rerumputan di Bulaksumur
Kuatkan hatimu
Kobarkan nyalimu
Mas Joko, kami mengandalkanmu…!